Selama fase pemulangan jemaah haji yang berlangsung sepekan terakhir, sebanyak 58 kloter telah diberangkatkan menuju Tanah Air oleh Maskapai Garuda Indonesia. Namun, Direktur Layanan Haji Dalam Negeri, Saiful Mujab, mencatat tingginya angka keterlambatan penerbangan dari jadwal yang telah direncanakan.
"Dari total 58 kloter, 32 kloter terbang tidak sesuai jadwal karena mengalami keterlambatan. Ini yang saya sebut on-time performance (OTP) Garuda pada fase awal kepulangan ini buruk," tegas Saiful Mujab di Madinah, Sabtu (29/6/2024).
Rincian dari 32 kloter yang mengalami keterlambatan penerbangan ini terbagi dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah keterlambatan lebih dari dua jam, yang mencakup delapan kelompok terbang. Empat dari Jeddah dan empat dari Madinah. Kloter yang termasuk dalam kategori ini adalah SOC 06, UPG 02, KNO 02, JKG 08, PDG 03, KNO 03, SOC 16, dan JKG 13.
Keterlambatan paling parah dialami oleh jemaah kloter 3 Embarkasi Kualanamu (KNO 03) yang mengalami delay selama 12 jam 30 menit. "Delay sampai 12 jam tanpa pemberitahuan yang semestinya. Semua diinfo secara mendadak. Bahkan, jemaah sudah naik bus dari hotel menuju bandara, baru diinfo kalau pesawat terlambat," papar Saiful Mujab.
Menurut Saiful, keterlambatan ini berdampak sistemik, terutama terkait dengan hotel transit yang juga sudah ada kloter berikutnya yang akan menempati hotel yang sama. Akibat masalah ini, jemaah menjadi dirugikan.
Kategori kedua adalah keterlambatan 1-2 jam dari jadwal semula, yang dialami oleh 15 kloter jemaah haji Indonesia. Kategori ketiga adalah keterlambatan dalam durasi 30-60 menit, yang dialami oleh sembilan kloter.
"Jadi, ada 32 dari 58 kloter yang sudah terbang ke Tanah Air yang mengalami keterlambatan penerbangan. Persentasenya lebih dari 50%," sebut Saiful Mujab.
Ia menegaskan bahwa Garuda Indonesia perlu fokus pada upaya perbaikan kinerja pada sisa penerbangan pemulangan jemaah haji Indonesia. "Pastikan pesawat yang akan digunakan siap. Kru pesawat juga siap bertugas, sehingga potensi terjadinya keterlambatan atau delay penerbangan tidak terulang," katanya.
"Kasihan jemaah kalau Garuda delay terus. Saya harap Garuda fokus saja pada perbaikan kinerja. Layani jemaah haji Indonesia dengan baik dengan tidak membuat jadwal penerbangan delay," tandasnya.
Proses pemulangan jemaah haji gelombang I dari Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah akan berlangsung hingga 3 Juli 2024. Setelah itu, proses pemulangan akan terfokus pada jemaah haji gelombang II melalui Bandara AMAA Madinah mulai 4-21 Juli 2024.
Melihat besarnya dampak dari keterlambatan penerbangan ini, penting bagi Garuda Indonesia untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses operasional mereka. Mengingat jemaah haji telah menempuh perjalanan panjang dan melelahkan, tambahan waktu yang dihabiskan untuk menunggu di bandara tanpa informasi yang jelas hanya menambah beban fisik dan mental mereka.
Selain itu, Garuda Indonesia juga harus mempertimbangkan reputasi mereka sebagai maskapai penerbangan nasional yang dipercaya untuk mengangkut jemaah haji. Keterlambatan yang terus menerus dapat merusak kepercayaan publik dan menimbulkan ketidakpuasan yang luas di kalangan pengguna jasa mereka.
Dalam situasi ini, kerjasama dan komunikasi yang baik antara Garuda Indonesia, pihak penyelenggara haji, dan jemaah sangat penting. Dengan demikian, segala bentuk ketidaknyamanan dapat diminimalisir dan proses pemulangan jemaah haji dapat berjalan lebih lancar dan terkoordinasi.
Ke depan, Garuda Indonesia diharapkan dapat mengatasi berbagai kendala yang menyebabkan keterlambatan ini. Dengan melakukan perbaikan yang signifikan, diharapkan pelayanan penerbangan untuk jemaah haji di masa mendatang bisa lebih baik dan memenuhi ekspektasi semua pihak.